Dikisahkan, hewan Tanuki, atau bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Anjing Rakun, hidup dengan damai di hutan-hutan pegunungan di Jepang. Mereka menjalani hidup dengan ceria, berkembang biak, dan mencari makan dengan tenang. Tumbuhnya perekonomian Jepang mulai tahun 60-an membuat negara itu mulai memperluas lahan untuk pemukiman dan industri. Celakanya, karena ekspansi lahan besar-besaran dan keterbatasan lahan, perbukitan tempat para Tanuki hidup pun harus rela ditebangi pepohonannya serta diratakan tanahnya. Akibatnya, lahan yang makin sempit membuat habitat karnivora mirip Rakun itu semakin terhimpit dan saling berkelahi untuk memperebutkan makanan. Dua kelompok utama Tanuki pimpinan Seizaemon dan Gonta saling berkelahi. Untunglah, para tetua berhasil meyakinkan mereka untuk menghentikan permusuhan dan bersatu untuk menghadapi persaingan dengan manusia.
As the human city development encroaches on the raccoon population's forest and meadow habitat, the raccoons find themselves faced with the very real possibility of extinction. In response, the raccoons engage in a desperate struggle to stop the construction and preserve their home.